Namun, sebagai manusia biasa, guru pun tak luput dari kesalahan. Tidak ada satupun yang sempurna, dan kita semua memiliki keterbatasan. Meski demikian, sebagai seorang pendidik, kita tidak memiliki pilihan lain selain untuk terus mengusahakan kebaikan dalam kondisi apapun, karena pada akhirnya semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan.
Sering kali, kita merasa bahwa kita sudah melakukan hal yang benar atau bahkan merasa paling benar di depan murid-murid dan orang-orang di sekitar kita. Namun, sadarkah kita bahwa kita seharusnya tidak hanya pantas ditiru saat berada di keramaian, tetapi juga dalam kesendirian?
Refleksi dalam Kesendirian
Ketika berada di sekolah, kita seringkali membicarakan murid-murid, baik itu mengenai perkembangan mereka atau bahkan kekurangan yang kita temui. Pembicaraan ini, jika dilakukan dengan niat dan rekan diskusi yang benar, tentunya bisa menghasilkan kesimpulan yang konstruktif. Namun, seringkali pembicaraan-pembicaraan tersebut justru menjadi ajang meluapkan kekesalan tanpa tujuan yang jelas, yang pada akhirnya berujung pada menggunjingkan murid-murid kita. Tanpa kita sadari, kita telah menciptakan ruang bagi keburukan yang bisa mempengaruhi pandangan kita terhadap mereka.
Sebagai seorang guru, kita juga selalu menuntut murid untuk menuntaskan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu. Namun, pernahkah kita memeriksa hasil tugas mereka setelah itu? Seringkali kita merasa tidak ada waktu untuk memeriksanya, dengan alasan masih banyak pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Padahal, memeriksa dan memberikan feedback kepada murid adalah bagian dari pekerjaan kita yang tidak boleh dikesampingkan.
Di luar sekolah, di ruang pribadi atau di jalan raya, kita sering merasa bebas melakukan apa pun, dengan anggapan bahwa tidak ada yang melihat. Kita mungkin merasa nyaman membuat ruang tidur berantakan tanpa perlu merapikannya atau melaju ugal-ugalan di jalan tanpa memperhatikan keselamatan. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa mungkin saja ada murid kita yang melihat dan meniru perilaku kita? Bagaimana jika mereka berpikir bahwa tindakan kita adalah hal yang benar?
Teladan yang Menginspirasi
Peribahasa "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" kembali mengingatkan kita betapa pentingnya sosok seorang guru. Semua tindak tanduk kita, baik atau buruk, menjadi contoh yang bisa dicontoh oleh murid-murid kita. Sebagai pendidik, kita harus selalu berpikir dua kali sebelum bertindak, menyadari bahwa kita adalah teladan yang bisa memengaruhi perkembangan karakter dan perilaku mereka.
Peristiwa-peristiwa yang mungkin kita anggap sepele, seperti berbicara negatif tentang murid, menunda pekerjaan, atau bertindak sembrono di luar sekolah, ternyata memiliki dampak yang besar. Kita mungkin merasa itu bukan kesalahan besar, namun tindakan-tindakan tersebut bisa saja membentuk pola pikir dan sikap murid kita.
Kesimpulan: Refleksi Diri untuk Kebaikan Bersama
Sebagai guru, kita memiliki tanggung jawab besar, tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Setiap tindakan kita, sekecil apapun, bisa diikuti dan ditiru oleh mereka yang melihat kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengintrospeksi diri dan berusaha memperbaiki diri menuju kebaikan, baik di hadapan murid, rekan sejawat, maupun di saat-saat ketika kita merasa sendiri.
Mari kita jadikan diri kita teladan yang tidak hanya patut ditiru di depan orang lain, tetapi juga dalam kesendirian. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi guru yang mengajar dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan yang menginspirasi. Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan kesabaran untuk terus memperbaiki diri dan bersemangat dalam mendidik generasi masa depan.
Penerimaan Peserta Didik Baru
Program murid Inden 2025-2026