Bersuara Lewat Gerak: Seni yang Tak Biasa, Tapi Bermakna
Di tengah sorot lampu panggung, Sofyan dan Aska, dua siswa kelas 8 yang sudah dikenal luas di sekolahnya karena kreativitas dan ekspresi artistik mereka, tampil percaya diri. Penonton, juri, dan peserta lain terkesima melihat bagaimana dua remaja ini meramu pesan dan emosi hanya dengan bahasa tubuh, mimik, dan gerakan.
“Kami ingin bercerita tanpa kata-kata, karena kadang tubuh bisa bicara lebih jujur dari mulut,” ujar Aska saat ditanya tentang makna penampilan mereka.
Sementara itu, Sofyan menambahkan, “Pantomim bukan hanya seni, tapi cara kami belajar menyampaikan isi hati. Ini seni yang mengasah kepekaan dan keberanian.”
Dukungan Sekolah dan Teman-Teman
Sofyan dan Aska bukanlah nama asing di lingkungan SMP Terpadu Darul Dakwah. Mereka aktif dalam kegiatan seni, tampil di berbagai acara sekolah, dan dikenal akrab dengan semua kalangan—baik teman seangkatan, adik kelas, maupun kakak kelas.
Guru-guru dan teman-teman memberikan dukungan penuh sejak mereka menyatakan niat mengikuti lomba. Kepala sekolah pun memberikan ruang latihan, bimbingan, dan motivasi.
“Mereka adalah inspirasi bagi siswa lain. Keberanian mereka untuk tampil, berlatih, dan mengekspresikan diri adalah bentuk nyata dari pendidikan karakter,” ujar salah satu guru pembimbing.
Lebih dari Sekadar Lomba
Apa yang dilakukan Sofyan dan Aska bukan sekadar mengejar trofi atau juara. Mereka sedang menanam nilai: bahwa seni bisa menjadi bahasa untuk menyatukan, membangun empati, dan mendorong literasi emosional.
FLS2N bukan hanya tentang siapa yang menang, tapi siapa yang mampu menyentuh hati penonton.
Mari Dukung Anak-Anak Kita Menjadi Pendongeng Masa Depan
Pembaca yang budiman dari seluruh Indonesia, mari kita belajar dari Sofyan dan Aska. Dunia anak-anak dan remaja adalah dunia yang kaya imajinasi dan kreativitas. Mereka tak hanya butuh ruang untuk belajar, tapi juga panggung untuk menyuarakan jiwa.
Mari kita dukung anak-anak kita untuk berani tampil, berani bercerita, dan berani menginspirasi. Ajak mereka membaca kisah-kisah hebat, dan lebih hebat lagi: ajak mereka menciptakan kisahnya sendiri. Entah lewat tulisan, seni, musik, atau pantomim, semua anak punya cerita, dan dunia harus mendengarnya meski tanpa suara.
Penerimaan Peserta Didik Baru

Program murid Inden 2025-2026